Kota Semarang memiliki
banyak bangunan tua yang berpusat di Kota Lama. Di Kota Lama Semarang terdapat
gedung-gedung kuno yang menarik, salah satunya adalah gedung Marabunta. Gedung
Marabunta terletak di Jalan Cendrawasih 23 Semarang. Terdapat sesuatu yang unik
dan menjadi salah satu ciri dari gedung ini, yaitu dua patung semut yang sangat
besar yang berada di atas gedung tersebut. Gedung Marabunta termasuk gedung
peninggalan dari zaman penjajahan Belanda, dibangun kira-kira pada tahun 1854.
Dahulu fungsinya adalah untuk tempat pertunjukan seni seperti drama, tari dan
musik yang dilaksanakan setiap satu bulan sekali.
Nama asli dari gedung ini
adalah Gedung Komedi Stadschouwburg, yang kemudian diganti menjadi Marabunta. Marabunta
berarti semut merah, sehingga gedung tersebut melambangkan sifat semut yang
saling bekerjasama. Pak Bambang, yang merupakan ketua pengelola gedung
Marabunta menjelaskan gedung tersebut
pernah roboh dan berpindah beberapa kali sehingga gedung yang ada sekarang adalah
replika dari gedung aslinya. Pasca kemerdekaan gedung ini diperbaiki oleh
Yayasan Empat Lima yang salah satu anggotanya adalah mantan Presiden Soeharto,
namun gedung tersebut rubuh lagi dan akhirnya dijual ke Yayasan Rumpun
Diponegoro yang sampai saat ini masih mengelola gedung tersebut.
Interior gedung
Marabunta tidak kalah menariknya. Bagian langit-langit dalam gedung ini sangat
unik, karena berbentuk kapal kayu besar yang terbalik yang konon merupakan dari
kapal asli. Dibagian langit-langit terdapat beberapa kipas angin yang menghiasi
ruangan dalam gedung. Langit-langit bersama tiang penyangga dari gedung
tersebut merupakan peninggalan dari gedung asli yang masih tetap dipertahankan
untuk kepentingan cagar budaya. Dibagian dalam gedung terdapat bar yang
berbentuk kapal terbuat dari kayu. Lantai gedung yang asli dahulu terbuat dari
marmer, namun setelah renovasi diganti dengan kayu agar cocok dengan
langit-langitnya. Terdapat pula beberapa jendela berkaca yang menarik, karena dikaca jendela terdapat seperti lukisan.
Pak Bambang menambahkan, dahulu gedung ini pernah dipakai untuk pementasan Mata Hari, seorang wanita cantik yang terkenal sebagai mata-mata dan dihukum tembak mati di Perancis. Gambar Mata Hari yang sedang menari balet dapat dilihat di kaca jendela gedung tersebut. Gedung Marabunta yang sekarang, sering dipakai untuk pertemuan, konser musik, dan juga untuk resepsi pernikahan. Gedung Marabunta berlokasi tidak jauh dari bangunan-bangunan kuno lainnya di Kota Lama. Warga setempat menyebut gedung ini sebagai gedung semut.
sampai sekarang tempat ini juga masih sering digunakan.. bisa besok-besok maen kesana...
BalasHapusIya, waktu saya kesana besoknya katanya mau buat konser rock band
Hapuswah kang dikerzz kembali ngeblog rupanya...
BalasHapuskeep spirit..
Bisa nih klo ke semarang ntar..
BalasHapusAyo, aku anter kalo sempat
Hapusletaknya dimana ini bang???
BalasHapuspengen kesana nih
Di tengah kota lama, tepatnya di Jalan Cendrawasih 23 Semarang, kalo mau kesana bilang aja mau ke gedung semut
HapusKemarin Geladi di Semarang. Main ke Kota Lama, namun disayangkan bangunannya kurang terawat.
BalasHapusGeladi apa pan?
Hapussmeua bangunan di Kota lama memang keren, sayang nggak dirawat :(((((((
BalasHapusAda pengelola yang merawat kok
Hapussayang masuk Marabunta harus ijin dulu, gk kayak lawangsewu....
BalasHapuspernah baca di majalah, katanya gedung ini boleh disewa buat tempat resepsi, siapa tau ad yg berminat nikahan disini? hehe
Iya, tapi masuknya gratis kok. Gedung ini memang sering disewa buat resepsi.
Hapusbanyak sekali bangunan kuno di semarang yang belum diketahui seluk beluk sejarahnya oleh warga semarang sendiri, sehingga bangunan di kota lama banyak juga yang dirobohkan daripada di perbaiki, karena banyak yang tidak tau mengenai nilai sejarahnya.
BalasHapusmasuknya bayar gak ya.. kalo mau foto2 gitu.. ijin nya kemana? hehehe
BalasHapusada jejak Mata Hari, mata-mata terkenal pada PD I di gedung Marabunta...
BalasHapus