Ternyata Jadi Ibu Rumah Tangga Lebih
Stres
Seruu.com - Menjadi ibu rumah tangga adalah sebuah pekerjaan mulia yang kadang diremehkan sebab tak menghasilkan profit. Satu lagi, ternyata ibu rumah tangga rentan sekali mengalami stress, dibanding dengan wanita yang bekerja di luar rumah. Hal ini diungkap oleh sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh Gallup, yang melibatkan para ibu yang murni hanya menjadi ibu rumah tangga. Para ibu tersebut faktanya harus mengatasi segala permasalahan emosional seperti sedih, marah, depresi, dan lain-lain seorang diri. Perbandingannya, jika 26% ibu rumah tangga yang merasa sedih, maka wanita pekerja hanya 16 %. Depresi ibu rumah tangga 28%, sedang wanita pekerja 17%. Sedangkan tingkat stress ibu rumah tangga mencapai 50%, sedang wanita pekerja 48%.
Seruu.com - Menjadi ibu rumah tangga adalah sebuah pekerjaan mulia yang kadang diremehkan sebab tak menghasilkan profit. Satu lagi, ternyata ibu rumah tangga rentan sekali mengalami stress, dibanding dengan wanita yang bekerja di luar rumah. Hal ini diungkap oleh sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh Gallup, yang melibatkan para ibu yang murni hanya menjadi ibu rumah tangga. Para ibu tersebut faktanya harus mengatasi segala permasalahan emosional seperti sedih, marah, depresi, dan lain-lain seorang diri. Perbandingannya, jika 26% ibu rumah tangga yang merasa sedih, maka wanita pekerja hanya 16 %. Depresi ibu rumah tangga 28%, sedang wanita pekerja 17%. Sedangkan tingkat stress ibu rumah tangga mencapai 50%, sedang wanita pekerja 48%.
Meski
masih diperdebatkan, namun hal tersebut setidaknya menunjukkan betapa berat
beban para ibu rumah tangga yang murni bekerja mengurus keluarganya. Cara untuk
mengurangi beban bagi Anda, yang menjadi ibu rumah tangga agar tidak terlalu
berat; biasakan putra dan putri Anda untuk membantu pekerjaan Anda. Misalnya
dengan menyuruh mereka membersihkan kamar serta mainan mereka sendiri. Lalu,
minta pengertian pada keluarga agar tak memperlakukan Anda layaknya pembantu,
sebab urusan rumah dan seisinya adalah tanggung jawab semua penghuni rumah.
Kerja sama adalah hal yang dapat meringankan beban Anda, jika Anda tak memiliki
asisten rumah tangga.[ast]
Sumber
:
http://www.seruu.com/keluarga/psikologi/artikel/ternyata-jadi-ibu-rumah-tangga-lebih-stres
Analisis
Dari
teks diatas muncul isu yang berhubungan dengan peran atau pekerjaan perempuan.
Perempuan dalam masyarakat patriarki masih dibebani pekerjaan pengurusan rumah
tangga seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah, mengasuh anak dan
sebagainya. Beban pekerjaan rumah tersebut berasal dari anggapan bahwa
perempuanlah yang harusnya bertanggung jawab atas pekerjaan yang ada di dalam
rumah, sedangkan laki-laki bekerja di sektor pubilk. Hal tersebut akan
meningkatkan potensi stres perempuan karena pekerjaan rumah tangga bukanlah hal
yang mudah.
Teks
diatas cocok dijelaskan dalam feminisme Marxis karena kapitalisme adalah
penyebab dari subordinasi perempuan dalam bidang pekerjaan. Yang menjadi
tekanan dalam isu ini adalah bahwa perempuan dalam menjalankan pekerjaannya
dalam keluarga, seperti mencuci pakaian, mamasak, membersihkan rumah, dan mengasuh
anak masih diremehkan dan dianggap sebagai bukan pekerjaan yang
sungguh-sungguh. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab atas terjadinya
opresi terhadap perempuan karena pekerjaan rumah tangga tidak bisa dibilang
mudah dan bisa menyebabkan stres bagi perempuan.
Terdapat
beberapa tokoh yang dapat menjelaskan isu tentang peran atau pekerjaan
perempuan dalam feminisme Marxis antara lain Friedrich Engels, Margaret
Benston, Mariorosa Dalla Costa serta Selma James.
Sejarah
dari adanya pembagian kerja berdasarkan gender ada dalam Origin of the family, Private Property and the State, yang ditulis
oleh Friedrich Engels. Dia menunujukkan perubahan di dalam kondisi material
manusia mempengaruhi hubungan keluarga mereka. Engels berspekulasi bahwa dahulu
masyarakat berpasangan mungkin bukan hanya matrilineal, tetapi juga matriarkal,
karena perempuan mempunyai kekuatan ekonomi, sosial, dan politik. Apa pun
status perempuan dimasa lalu, status itu diperoleh dari posisinya di dalam
rumah tangga, pusat produksi primitif. Perempuan kehilangan posisi superiornya
setelah laki-laki mulai berternak yang membawa kepada suatu sumber kekayaan
yang baru bagi manusia.
Sejalan
dengan mulainya produksi di luar rumah yang melampaui produksi di dalam rumah,
pembagian kerja tradisional berdasarkan jenis kelamin antara laki-laki dan
perempuan mempunyai makna baru. Dengan semakin dianggap pentingnya pekerjaan
dan produksi laki-laki, bukan saja nilai pekerjaan dan produksi perempuan
menurun, namun status perempuan dalam masyarakat juga menurun yang akan
mengubah masyarakat menjadi patrilineal. Setelah menghasilkan dan menegaskan
klaim terhadap kekayaan, laki-laki mengambil alih kendali rumah tangga,
mereduksi perempuan menjadi budak untuk melayani laki-laki dalam rumah tangga.
Dalam tatanan keluarga baru ini, menurut Engels, suami berkuasa atas dasar
kekuatan ekonominya. Kendali laki-laki atas perempuan berakar dari fakta bahwa laki-laki
yang mengendalikan kepemilikan.
Sebelum
muncul kapitalisme industri, keluarga atau rumah tangga adalah tempat produksi.
Pekerjaan yang dilakukan perempuan seperti mencuci, memasak, menanam,
mengandung, dan mengasuh anak bersifat sentral bagi kegiatan ekonomi dari
keluarga besar sebagaimana pekerjaan yang dilakukan laki-laki. Tetapi dengan
industrialisasi dan transfer produksi barang-barang dari rumah tangga pribadi
ke dalam tempat kerja publik, perempuan yang kebanyakan tidak memasuki tempat
kerja publik sejak awal dianggap nonproduktif, sebaliknya pekerjaan laki-laki
yang menghasilkan upah dianggap produktif.
Laki-laki
membutuhkan perempuan untuk tetap bekerja tanpa dibayar di dalam rumah
tangganya. Jika tidak maka tidak ada lagi yang tersisa di dalam rumah tangga
untuk mereproduksi kekuatan kerja laki-laki, dan harus mereproduksi kebutuhan
individunya sendiri, seperti mencuci pakaian sendiri, memasak sendiri, yang
akan mengurangi produktivitas laki-laki di tempat kerja publik.
Kebanyakan
perempuan yang sudah menikah tinggal di rumah, mereka melakukan pekerjaan rumah
tangga dan mengasuh anak-anaknya, sementara suami mereka pergi bekerja. Serikat
pekerja berusaha untuk meningkatkan upah laki-laki, sehingga mereka dapat
membawa upah keluarga sendirian tanpa bantuan perempuan. Sehingga dampaknya
perempuan tetap tinggal dirumah mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan tidak
perlu bekerja di luar rumah untuk membantu membiayai keluarga. Hal tersebut
merupakan suatu beban bagi perempuan karena harus bertanggung jawab atas
pekerjaan rumah tangga.
Kunci
bagi pembebasan perempuan menurut Margaret Benston adalah sosialisasi pekerjaan
rumah tangga. Di bawah kapitalisme, gambaran dari sifat dan fungsi pekerjaan
perempuan diremahkan. Perempuan semakin dianggap sebagai konsumen semata,
seolah-olah laki-laki adalah untuk menghasilkan upah dan perempuan yang
menghabiskannya. Hanya karena perempuan tidak menjual produk yang dipasarkan
tidak berarti bahwa pekerjaannya lebih mudah daripada pekerjaan yang
menghasilkan barang yang dipasarkan. Namun, jika seorang perempuan dibebaskan
dari tugas domestiknya dan memasuki pasar tenaga kerja, maka bukanlah langkah
menuju pembebasan namun menjauh dari pembebasan.
Pekerjaan
rumah tangga yang merupakan tanggung jawab perempuan, ketika mereka bekerja di
luar rumah, mereka juga harus mengerjakan pekerjaan di dalam rumah. Pekerjaan
di luar rumah walaupun merupakan salah satu syarat pembebasan perempuan, tidak
akan dengan sendirinya memberikan kesetaraan bagi perempuan, selama pekerjaan
di rumah tetap semata-mata merupakan tanggung jawab perempuan, perempuan akan
terus memikul beban ganda yang akan lebih membebani dirinya meningkatkan
potensi stres bagi dirinya. Jadi, memberikan peluang bagi seorang perempuan
untuk memasuki industri publik tanpa secara bersamaan mensosialisasikan pekerjaan
seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah, dan mengasuh anak berarti
menjadikan kondisi teropresinya lebih buruk.
Pentingnya
sosialisasi pekerjaan rumah tangga bukanlah karena hal itu akan berarti
membebaskan perempuan dari pekerjaan rumah tangga, melainkan karena hal itu
akan memungkinkan setiap orang untuk menyadari betapa pentingnya pekerjaan itu
secara sosial. Begitu setiap orang menyadari betapa sulitnya pekerjaan rumah
tangga, masyarakat tidak akan lagi mempunyai dasar bagi opresi terhadap
perempuan sebagai orang-orang yang hanya bergantung pada laki-laki. Dan dengan
menyadari sulitnya pekerjaan rumah tangga, laki-laki akan membantu mengurangi
beban perempuan dalam pekerjaannya. Bagi Benston, sosialisasi pemeliharaan
rumah tangga pribadi serta pengasuhan anak adalah satu-satunya faktor yang akan
mengakhiri opresi terhadap perempuan sebagai kelompok, dan akan memberikan
setiap perempuan penghargaan yang berhak diterimanya.
Mariorosa
Dalla Costa serta Selma James manyatakan bahwa pekerjaan rumah tangga perempuan
adalah produktif dan bukan dalam makna sehari-hari yang berarti “berguna”,
melainkan dalam makna Marxis yang tegas sebagai sesuatu yang menciptakan nilai
surplus. Pekerjaan perempuan di dalam rumah penting bagi semua jenis pekerjaan
lain. Dengan menyediakan bagi laki-laki bukan saja makanan dan pakaian tetapi
juga kenyamanan emosional dan domestik, maka perempuan menjaga agar roda mesin
kapitalis terus bekerja. Misalnya suami kelelahan setelah pulang bekerja,
istrinya telah menyiapkan makanan bagi suaminya sehingga suami tidak harus
menyiapkan sendiri, dan pekerjaan rumah lainnya telah dikerjaan oleh istri
sehingga tidak harus dikerjaan oleh suami agar tidak kelelahan dan tetap
produktif dalam bekerja di sektor publik.
Program
pembebasan perempuan menurut Dalla Costa dan James dengan mempertimbangkan
pandangan atas pekerjaan perempuan sebagai pekerjaan produktif adalah perempuan
harus menuntut upah atas pekerjaan rumah tangga. Negara harus membayar upah
kepada ibu rumah tangga, karena kapital akhirnya mengambil keuntungan dari
eksploitasi terhadap perempuan. Tidak perlu berbentuk uang namun dapat
diberikan dalam bentuk pembayaran bagi kesejahteraan perempuan atas pekerjaan
yang telah mereka lakukan di dalam rumah. Apabila negara tidak membayar, bisa
dilakukan aksi mogok, karena kapitalisme membutuhkan perempuan yang
menghasilkan kekuatan untuk bekerja pada diri laki-laki dan anak-anak.
Namun
terdapat argumentasi yang tidak mendukung pemberian upah untuk pekerjaan rumah
tangga. Hal tersebut dikarenakan upah untuk pekerjaan rumah tangga akan
menyebabkan perempuan tetap terisolasi di dalam rumahnya, walaupun sebenarnya
mempunyai kesempatan untuk melakukan segala sesuatu di luar rumahnya. Dibayar
untuk pekerjaan rumah tangga akan memberikan sedikit sekali dorongan bagi
perempuan untuk bekerja di luar rumah. Akibatnya pembagian kerja berdasar jenis
kelamin justru menguat. Laki-laki tidak akan merasa ditekan untuk melakukan
pekerjaan perempuan, dan perempuan tidak memiliki dorongan untuk melakukan
pekerjaan laki-laki. Sehingga beban pekerjaan rumah tangga tetap ditanggung
perempuan dan potensi stres perempuan akan semakin meningkat karena hanya
melakukan pekerjaan yang monoton di dalam rumah.
Meskipun
perempuan bekerja di sektor publik dan ketika pekerjaan domestik menjadi begitu
membebani bagi keluarga, perempuanlah yang akan berhenti bekerja, dan bukannya
laki-laki. Perempuan akan selalu menjadi orang yang mudur dari dunia publik,
dan kembali ke dunia pribadi. Akan lebih baik untuk menerima rekomendasi
Benston untuk mensosialisasikan pekerjaan rumah tangga. Sehingga akan terdapat
kesadaran bahwa pekerjaan rumah tangga adalah suatu hal yang penting, dan
akhirnya perempuan akan dihargai karena melakukan pekerjaan tersebut. Laki-laki
akhirnya menyadari bahwa pekerjaan di rumah adalah tanggung jawab bersama,
sehingga laki-laki mau melakukan pekerjaan di dalam rumah seperti mencuci,
memasak, membersihkan rumah serta mengasuh anak yang akan mengurangi beban
perempuan sehingga perempuan tidak perlu merasa bahwa dia lah yang seharusnya
bertanggung jawab akan pekerjaan di dalam rumah dan hal tersebut akan
mengurangi potensi stres pada perempuan.
Daftar Pustaka:
Tong, Rosemarie
Putnam.2010.Feminist Thought.Yogyakarta:
Jalasutra.
0 komentar:
Posting Komentar